The 48th Jazz Goes to Campus: Festival Jazz Tertua dengan Semangat Anak Muda

Sejak pertama kali digelar pada 1977, Jazz Goes to Campus (JGTC) telah menjadi festival jazz tertua di Indonesia sekaligus festival jazz tertua di Asia. Dengan konsistensi penyelenggaraan selama 48 tahun tanpa jeda, JGTC bukan hanya menjadi panggung musik bergengsi, melainkan juga simbol bagaimana generasi muda mampu merawat sekaligus menghidupkan warisan budaya. Tahun ini, JGTC kembali hadir dengan tema “Serenading Jazz for the Youth” , membawa semangat untuk menjaga akar jazz sekaligus memperkenalkannya secara relevan kepada generasi muda. Momentum tahun ini juga menjadi penanda penting dalam perjalanan menuju usia emas ke-50, sebuah milestone bersejarah yang tidak hanya menegaskan konsistensi JGTC selama hampir setengah abad, tetapi juga membuka babak baru dalam mewariskan semangat jazz kepada generasi berikutnya.

Jazz untuk Semua Generasi

Puncak acara JGTC Festival 2025 akan digelar pada 9 November 2025 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, menghadirkan kolaborasi musisi lintas generasi. Deretan nama besar seperti Raisa, Tulus, Maliq & D’Essentials, Tompi, Ardhito Pramono, Monita Tahalea, Rahmania Astrini, Barasuara, dan Reality Club siap memberi warna berbeda di panggung utama.

Tak hanya itu, para legenda dan maestro jazz Indonesia seperti Candra Darusman dan Barry Likumahuwa akan tampil bersama musisi muda berbakat seperti Adikara dan Rafi Sudirman, menegaskan semangat regenerasi yang menjadi roh Jazz Goes to Campus. Sebagai highlight spesial, JGTC 2025 juga menghadirkan Tribute to Stevie Wonder by Barry Likumahuwa & The Rhythm Service dan Galaxy Big Band ft. Alonzo Brata yang akan membawakan Tribute to Frank Sinatra. Kolaborasi istimewa antara Candra Darusman, Monita Tahalea, Ardhito Pramono, dan Bilal Indrajaya juga akan menghadirkan Special Set Album Detik Waktu #2 Perjalanan Karya Cipta Candra Darusman sebagai sajian eksklusif tahun ini. “Alhamdulillah, di tahun ke-48 ini JGTC masih bisa berdiri kokoh dan menghadirkan jazz berkualitas. Saya mewakili seluruh panitia berharap kelancaran JGTC Festival pada 9 November mendatang. JGTC selalu berusaha menjadi ruang berkarya, terutama bagi musisi muda yang ingin berkembang, ” ujar Ravandika Radhi, Project Officer The 48th JGTC.

Gerakan Budaya dan Dampak Nyata

Bukan sekadar festival musik, JGTC berkembang sebagai cultural movement yang melibatkan generasi muda dalam menghidupkan komunitas musik diantaranya ITB Jazz, UNJazz, Komunitas Jazz dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Komunitas JazzUniversitas Pelita Harapan (UPH), Margo Friday Jazz, dan masih banyak lagi. Rangkaian pre-event seperti JGTC Roadshow UI, Workshop & Community Night, Margocity Jazz Night, dan Sarinah Jazz Night membuka ruang interaksi langsung antara musisi dengan audiens muda, serta menghadirkan edukasi jazz yang lebih intim. “Keberadaan JGTC adalah bukti nyata bahwa generasi muda mampu menghadirkan festival berskala internasional dengan tetap menjaga nilai edukasi, inklusivitas, sekaligus memberi manfaat bagi masyarakat sekitar, ” kata Kiki Verico, Ph.D., Wakil Dekan FEB UI.

Selain mendukung ekosistem musik, tahun ini JGTC juga memperluas kontribusi sosial melalui penyaluran dana abadi beasiswa FEB UI, membantu mahasiswa yang membutuhkan serta memperkuat komitmen sustainability dalam penyelenggaraan acara. Sebagai bagian dari semangat regenerasi, JGTC juga menghadirkan JGTC Competition, sebuah ajang kompetisi yang ditujukan bagi musisi muda berbakat untuk menunjukkan kreativitas, improvisasi, dan kemampuan bermusik mereka. Kompetisi ini bukan hanya menjadi wadah untuk mencari talenta baru, tetapi juga sarana untuk mempertemukan komunitas jazz dari berbagai daerah dalam satu ekosistem yang saling mendukung. Pemenang pada JGTC Competition tahun ini adalah Blue Matter Trio, berhasil memenangkan uang tunai senilai Rp. 15,000,000 dan akan tampil di atas panggung JGTC Festival.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *